Rabu, 03 November 2010

nikmatnya diremehkan

Dalam perjalanan hidup seorang manusia, siapakah yang belum pernah
diremehkan oleh orang lain? Begitu pula sebaliknya, siapakah yang
belum pernah meremehkan orang lain? Kita semua pasti pernah
mengalami keduanya, meremehkan dan diremehkan.

Ketika kita meremehkan orang lain, ada perasaan puas dalam diri
kita. Kepuasan itu muncul karena kita bisa membuat orang lain
menderita. Kita merasa di atas angin. "Inilah aku!" "Kamu bukan apa-
apa dibandingkan aku!"

Sebaliknya, ketika kita dalam posisi diremehkan, spotan kita bisa
jengkel, marah, benci, frustasi, bahkan apabila proses diremehkan
tersebut terus berlanjut menimpa seseorang maka orang tersebut bisa
mengalami depresi.

Bagi seseorang, diremehkan bisa sangat menyakitkan bahkan membuat
seseorang bisa menderita dan tidak berdaya. objek meremehkan pun
bisa bermacam-macam, misalnya asal daerah (Wong Deso), bentuk fisik
(anak hitam kecil lagi), kemampuan intlektual (Anak Goblok), status
sosial-ekonomi (Dasar Miskin), dan sebagainya.

Lalu apa nikmatnya diremehkan? Spontan kita akan menjawab, tidak akan
pernah ada manisnya diremehkan! Dalam realitas kehidupan kita, ada
banyak peristiwa yang merupakan representasi dari sebuah proses
peremehan, sebagaimana dinarasikan dalam kasus yang akan kutuangkan ini.

misalnya seorang anak lelaki berasal dari desa, tubuhnya relatif hitam, tampangnya juga
pas-pasan. Sewaktu lulus Sekolah Dasar orang tuanya menyekolahkan anaknya di
sebuah sekolah favorit di kota. Teman-teman barunya memiliki
tampilan yang jauh lebih menawan dari dirinya. Setiap hari di sekolah,
si anak desa itu selalu diremekan. Teman-temannya sering mengatakan
"Cah ndeso gaweane mangan telo, opo iso
nggarap!" (anak desa kerjaannya makan ketela, apa bisa mengerjakan
tugas-tugas" ) ditambah lagi "Cah cilik cacingen maneh, kok bercita-
cita jadi pilot!" ("anak kecil cacingan lagi, kok bercita-cita jadi
pilot").

Diremehkan seperti itu membuat si anak tidak tahan. Oleh karena itu,
si anak minta pada orang tuanya untuk keluar dan pindah ke sekolah
yang ada di desanya saja.Tentu saja, orang tua si anak, kalang kabut
mendengar keinginan anaknya keluar dari sekolah favorit yang
menjadi idaman orang tuanya.

Menghadapi realitas seperti ini, respons orang tua pada umumnya
biasanya marah. Setelah itu, menasihati anak dengan penjelasan dari
A sampai Z, tanpa mereka bersedia memahaminya. Anak pun makin
menderita dan tertekan.

Kini, anak tersebut sudah dewasa, bergelar master dalam bidang
teknik elektro, dan hidupnya pun berkelimpahan.

Kasus yang lain digambarkan oleh pasangan Wono dan Weny. Wono baru
menikah satu tahun yang lalu dengan Weny. Mereka merasa sakit hati
kepada kakaknya. Ini terjadi akibat setiap saat sang kakak selalu
meremehkan dengan kata-kata "Ah sopir saja kok akan buat rumah,
kapan jadinya?"

Hal ini membuat Wono dan Weny prihatin. Setiap malam mereka
berdua selalu berdoa memohon kepada Tuhan atas anugerah pada
dirinya. Pasutri tersebut sangat kompak dan begitu bersemangat dalam
bekerja. Ia sekarang sudah mempunyai rumah. Mereka berdua hidup
bahagia di lereng pegunungan yang indah.

Kasus-kasus seperti ini dengan segala variasinya, bisa menimpa siapa
saja. Ketika diremehkan, secara emosional kita pasti memberikan
reaksi entah secara sadar atau tidak. Reaksi pun bisa jadi
kelihatan, bisa juga tidak. Ketika diremehkan, hati pasti terusik
meningkatkan kadar adrenalin tubuh.

Proses Refleksi
Manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengolah seluruh
peristiwa yang masuk ke dalam dirinya. Kemampuan mengolah ini pun
sangat unik dan dipenuhi oleh misteri. Oleh karena itu, kita bisa
menyaksikan orang-orang yang diremehkan terhimpit oleh keadaan dan
sangat menderita. Mereka bisa mengalami stres luar biasa. Di sisi
lain, kita juga bisa melihat banyak orang yang diremehkan oleh orang
lain, namun orang tersebut bisa mengambil energi emosi yang muncul
dalam dirinya untuk tujuan positif.

Pengolahan inilah yang disebut proses refleksi, sebuah proses olah
batin yang bila kita latih akan memberikan kemampuan tambahan dalam
diri kita. Kemampuan yang dapat dipergunakan untuk semakin mengenali
diri, lingkungan, dan beragam peristiwa yang menimpa diri kita.
Sekaligus bisa menjadi sarana untuk menemukan berbagai cara untuk bereaksi
atas segala proses diremehkan yang menimpa kita dengan cara lebih positif.

Bila direflesikan secara matang, maka diremehkan justru dapat membuat
kita makin tahan mental. Sekaligus membuka peluang untuk membuktikan
bahwa diriku bukan seperti yang dikatakan orang lain tersebut. Bila
dilihat dari perspektif spiritual diremehkan bisa ditafsirkan sebagai
cara Allah SWT membuka potensi kita.

Diremehkan tidak akan membuat hati seseorang terluka, apabila orang
tersebut tidak mengizinkan hatinya dilukai. Apabila kita bisa
memandang positif ketika kita diremehkan, maka
kita bisa mengatakan: "Silahkan Anda meremehkan saya."
Diremehkan akan memunculkan energi baru dari dalam diriku. Dengan
energi baru tersebut aku akan makin mampu menggapai cita-cita, yang
berbeda dengan label negatif yang diberikan kepada ku.

Apabila kita sudah mampu sampai pada tingkat ini, maka kita bisa
menikmati betapa manisnya diremehkan! Silahkah Anda meremehkan, aku
akan menikmati hasilnya dalam wujud prestasi-prestasi nyata sebagai
buah stigma negatif yang kau tancapkan! Bagi yang suka meremehkan orang lain, berhati-hatilah,
karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang sangat kompleks dan sulit untuk diprediksi !!!

-Putrahadi Nurachman si anak kemaren sore-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar